Oleh : Rury Arvianto
Kisah getir dalam temaramnya cahaya senthir
Yang menelurkan kisah dari seorang penyair Read the rest of this entry »
Oleh : Rury Arvianto
Kisah getir dalam temaramnya cahaya senthir
Yang menelurkan kisah dari seorang penyair Read the rest of this entry »
By : Rury “Ree” Dwi Ariastuti*
Siang ini rumah budaya kota keraton ramai dipadati seniman-seniman teater. Lomba teater antar SMA yang diakan setiap tahun selalu menjadi event yang sangat ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan, khususnya pecinta teater. Banyak konsep luar biasa yang siduguhkan. Kreativitas anak SMA yang mengalir tanpa batas. Tepuk tangan penonton adalah bonus dalam setiap pertunjukan, yang mengganti semua lelah latihan. Read the rest of this entry »
Oleh Rury Arvianto
(Setelah revisi)
Wahai bidadari dunia,
Hijab hijau menghiasi wajahmu
Gaun nan indah melapisi tubuhmu
Senyum tulus terpancar dari bibirmu
Pandangan nan teduh tak pernah padam darimu
Dan seketika membuat diriku terpaku
Dalam gelapnya dunia yang kini meracuniku
Kutemukan dirimu bagaikan malaikat penyelamatku
Wahai bidadari dunia
Ku akui, kau memang sempurna
Sesempurna bidadari surga
Dari coretan dik Siti Fatimah
Menurut rasser pertunjukan wayang kulit dan kisah – kisah pewayangan di Jawa sebelumnya merupakan suatu pertunjukan ritual untuk mengundang roh nenek moyang turun ke bumi agar menolong keturunannya yang masih hidup di dunia.[1] juga sebagai media untuk menyampaikan petuah-petuah dari nenek moyang mawayang buat hyang menceritakan tentang kisah-kisah nenek moyang dan merupakan kebudayaan Indonesia, sudah dimiliki oleh nenek moyang kita 3000 tahun yang lalu. Setelah kehadiran agama Hindu, cerita wayang berubah dari mitos kuno tradisional menjadi kisah Mahabarata dan Ramayana. Namun agaknya pengaruh Hindu itupun hanya mengenai lapisan luarnya saja. Tidak merubah inti hal-hal pokok dan latar belakang wayang.
Kisah epos Ramayana dan Mahabarata pada zaman hindu di kenal di Indonesia sekitar abad ke-7, yang akhirnya juga berkembang dan menjadi kisah-kisah karangan lepas yang asli dan khas Indonesia (Jawa) para keahlian para pujangga Jawa. Kisah-kisah caragan yang menceritakan tentang…
Lihat pos aslinya 1.604 kata lagi
Sebuah cerita fiksi by Rury Arvianto
“Kamu gila ya mas?” itulah kalimat pertama yang melengking ke arah telingaku ketika kami berdiri di balik jendela. Rasanya mendengung lama sekali di dalam gendang telingaku. Sahabat ini terlihat tak percaya atas cerita yang barusan kulontarkan. Dengan muka yang masih terkejut, seketika ia tertawa di depan mukaku. Aku dibuat bingung oleh tingkahnya yang spontan berubah. Keningku mengerut memandangnya. Dari matanya, ia menandakan rasa heran yang begitu meluap-luap. Sebuah tawa yang tulus dari bibirnya.
“Ayo lah, Ma. Aku tak bisa membohongi perasaanku lagi.” ucapku kepadanya. Aku mengalihkan pandanganku, lantas mengamati murid-murid yang sedang bermain basket. Read the rest of this entry »
Senja telah meluruh, menyatu dalam dekapan cakrawala
Sinar emasnya memudar dan menghilang
Tergantikan oleh gelap yang mulai bergeliat
Di dalam kamar ini kunikmati keheningan
Dalam pelukan udara dingin yang sedari tadi melilitku
Terdengar gemericik lantai yang tertimpa air hujan
Gerimis seakan betah sekali menghujani tempat ini Read the rest of this entry »
Melihat Kedua Kaki
Aku sama sekali tak menginginkan hal ini terjadi. Aku tak bisa menerima semua yang telah menimpaku. Ini sangatlah berat, aku tak bisa hidup dengan kondisi yang tak normal. Andai saja aku mendengarkan kata ayahku, mungkin ceritaku kali ini akan jauh lebih baik. Selasa, 27 April 2004 lewat tengah malam. Aku masih ingat bagaimana kronologi kecelakaan itu bermula. Dua pekan berlalu, dan aku masih terbaring lemah di kamar yang sepenuhnya dicat putih pucat ini. Meskipun besok aku diperbolehkan pulang, namun aku masih mengalami trauma. Mungkin akan butuh waktu yang lama untuk mengembalikan semangatku. Read the rest of this entry »
Puisi ini kupersembahkan kepada sahabatku yang telah melangsungkan pernihakannya.
Sugeng Hariyadin – Rohkhayati
Ari Yanto – Rezha Ika Ardiana Read the rest of this entry »
Dalam kehidupa sehari-hari saya sering menyaksikan seseorang mengucapkan kalimat “matur suwun”. Ada juga yang mengucapkan “matur nuwun”. Keduanya memang berfungsi sebagai ungkapan terima kasih dalam bahasa Jawa. Namun jika diamati lebih mendalam, apakah kedua ungkapan ini benar dalam ranah ilmu bahasa? Read the rest of this entry »
Patah hati, sakit sekali rasanya. Sepadan dengan indahnya rasa cinta yang tersemai di dalam sebuah hati. Patah hati-atau biasa disebut dengan istilah “Galau” atau apalah-telah sukses mengusir selera makan, dan berhasil menguisik ketenangan dalam tidurku. sesuatu yang tak bisa kujelaskan lagi, karena aku yakin tiap orang pernah merasakan cinta dan juga merasakan patah hati. Namun aku tak akan membicarakan masalah itu. Patah hati terlalu sakit untuk direview, diingat-ingat atau Read the rest of this entry »